Kata dan Sikap

Jangan melihat orang lain dari susunan kata-katanya yang selalu indah. Tapi lihatlah maksud ia mengeluarkan kata-katanya itu. Pernah kita di puji denga sebutan ; “Kamu cantik/ganteng”. Tidak semua orang berkata demikian bermaksud memuji kita. Bisa saja itu terjadi hanyalah sebatas sindiran belaka.

Di dalam ilmu bahasa, sebuah intonasi suara menjadi salah satu factor dalam pemaknaan sebuah kalimat. Kita bisa membedakan mana kalimat sindirin atau bukan dilihat dari tekanan suaranya. Ini sudah menjadi aturan dalam ilmu bahasa.

Realita masyarakat menjadi bukti dengan adanya rasa tersinggung. Kalimat yang di ucapkan bagus, seakan-akan berisi pujian, tapi maksud dari orang yang mengucapkannya tidak demikian. Orang yang benar-benar mengerti akan hal itu bisa saja tersinggung karena sudah tahu maksud dari kalimat yang diucapkannya ternyata bertolak belakang dengan isi hatinya.

Ini masalah hati dan perasaan, hanya orang yang sudah dewasa saja yang sering mengalami hal tersebut. Mereka terbiasa menyampaikan maksud kepada orang lain tidak menggunakan kata-kata mereka secara langsung tertuju kepada maksud yang ingin disampaikannya. Akan tetapi mencoba terlebih dahulu mencari pembenaran terhadap apa yang mau ia sampaikan. Sehingga orang yang menjadi lawan bicaranya mengerti maksud dari yang ia sampaikan tanpa menggunakan kalimat secara langsung. Bukan begitu kan BU?

Hidup memang harus jujur dan apa adanya. Tapi bagi kita yang sudah merasa dewasa bukan berarti mengungkapkan hal yang ingin kita sampaikan dengan cara yang begitu polosnya. Harus ada setidaknya sedikit argumentasi melakukan pembenaran untuk bisa mengarahkan cara berfikir lawan bicara kita mengerti terhadap maksud dan tujuan yang hendak kita sampaikan.

Jadi dengan argumentasi saja dengan tanpa mengatakan maksudnya secara lansung mereka akan mengerti dan dapat menarik kesimpulan kepada maksud dan tujuan kita. Terutama dalam menutupi rasa malu.

Sumedang, 18 Desember 2010

 

Tinggalkan komentar